Ilustrasi Prasangka Buruk

Prasangka Buruk: Perusak Hubungan dan Harmonisasi

Oleh : Munawir K

Buruk sangka atau su’uzhan dalam bahasa Arab adalah prasangka negatif terhadap seseorang tanpa bukti yang jelas.

Dalam Islam, buruk sangka sangat dilarang karena dapat merusak hubungan antar sesama dan menimbulkan fitnah.

Buruk sangka bukan hanya merupakan perbuatan yang tercela, tetapi juga dianggap sebagai dosa besar yang bisa menghancurkan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan dalam Islam).

Dampak perbuatan buruk sangka ini telah ditegaskan oleh Allah SWT dan tertuang dalam Al-Qur’an antara lain dalam Surah Al-Hujurat (49:12):

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Perilaku buruk Sangka juga ditegaskan oleh Rasulullah sebagai tindakan yang dapat merusak interaksi sosial dan hubungan persaudaraan.

Sebuah Hadits yang diriwayatnan Bukhari dan Muslim:

اِجْتَنِبُوا الظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَنَافَسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا

“Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dustanya perkataan. Janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, memata-matai, berkompetisi tidak sehat, saling hasad, saling benci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.

Hal senada juga diperkuat oleh sejumlah pernyataan Sahabat dan Ulama Tentang Buruk Sangka. Antara lain:
Abdullah bin Mas’ud RA:

مَنْ دَخَلَ فِي شَيْءٍ مِنَ الْبَاطِلِ كَانَ أَوْلَى بِالبُعْدِ مِنَ الْحَقِّ

“Barangsiapa yang masuk dalam sesuatu yang batil, maka dia lebih layak untuk dijauhkan dari kebenaran.”

Hasan al-Basri Rahimahullah berkata:

إِنَّ مِنَ النِّفَاقِ الِاسْتِطَالَةَ فِي الْعِرْضِ

“Sesungguhnya termasuk dari kemunafikan adalah memperpanjang pembicaraan tentang kehormatan orang lain.”

Penyebab Buruk Sangka

1. Kurangnya Pengetahuan:

Ketidaktahuan atau kurangnya informasi sering kali menjadi penyebab utama buruk sangka. Ketika seseorang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang situasi atau orang lain, mereka cenderung membuat asumsi yang salah.

Didalam al-qur’an surah al-Isra’: 36, Allah SWT. Telah menegaskan:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا (سورة الإسراء: 36)

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.” (Surah Al-Isra: 36)

2. Hasad dan Dengki:

Hasad (dengki) adalah perasaan tidak senang atas keberhasilan atau kebahagiaan orang lain. Hasad bisa mendorong seseorang untuk berburuk sangka.

Rasullulah SAW. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Abu Daud:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ (رواه أبو داود)

“Rasulullah SAW bersabda: ‘Jauhilah hasad, karena hasad memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.'” (HR. Abu Dawud)

3. Ketidakpercayaan:

Ketidakpercayaan terhadap orang lain bisa menjadi akar buruk sangka. Orang yang sering merasa tidak percaya pada niat baik orang lain cenderung berprasangka buruk.

Ketidakpercayaan ini sering kali muncul dari pengalaman masa lalu yang buruk atau dari sifat dasar yang curiga.

4. Pengaruh Lingkungan:

Lingkungan yang penuh dengan gosip, fitnah, dan pembicaraan buruk tentang orang lain dapat mempengaruhi seseorang untuk berprasangka buruk.

Orang yang tumbuh dalam lingkungan semacam ini cenderung mengikuti kebiasaan tersebut.

5. Kurangnya Kontrol Diri:

Orang yang tidak mampu mengendalikan diri, terutama dalam hal emosi dan pemikiran, mudah terjerumus dalam buruk sangka.

Islam menekankan pentingnya pengendalian diri dan menjaga lisan dari berkata buruk:”Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.'” (HR. Bukhari)

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ (رواه البخاري)

6. Kurangnya Pendidikan Agama:

Kurangnya pemahaman tentang ajaran Islam yang sebenarnya, terutama mengenai etika bergaul dan menjaga hati, dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap buruk sangka.

Pendidikan agama yang baik dapat membantu seseorang memahami pentingnya berbaik sangka dan menghindari prasangka buru

Bahaya Buruk Sangka (Su’uzhan)

1. Bahaya Individu:

Buruk sangka memiliki dampak yang merugikan bagi individu yang melakukannya.

Orang yang selalu berburuk sangka cenderung hidup dalam kecemasan dan kegelisahan. Hal ini disebabkan oleh perasaan curiga yang berlebihan dan ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain.

Secara spiritual, buruk sangka juga mengikis keimanan seseorang karena ia tidak mampu melihat kebaikan dalam diri sesamanya.

Rasulullah SAW. Dalam sebuah Hadits pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ” (رواه البخاري)

“Rasulullah SAW bersabda: ‘Jauhilah prasangka, karena prasangka adalah sedusta-dustanya perkataan.'” (HR. Bukhari)

2. Bahaya Sosial:

Buruk sangka dapat merusak hubungan sosial dan mengganggu keharmonisan dalam masyarakat. Prasangka buruk dapat menimbulkan fitnah dan perselisihan yang berujung pada permusuhan.

Ketika individu dalam masyarakat saling berburuk sangka, rasa saling percaya akan hilang, yang pada gilirannya akan melemahkan ikatan sosial dan ukhuwah Islamiyah.

Didalam Al-Qur’an surah Al-Humazah:

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ (سورة الهمزة: 1)

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (Surah Al-Humazah: 1)

Solusi dalam Mengatasi Buruk Sangka

1. Husnuzhan (Berbaik Sangka):

Berbaik sangka adalah sikap yang dianjurkan dalam Islam. Dengan berbaik sangka, seseorang berusaha melihat kebaikan dalam diri orang lain dan menghindari prasangka buruk yang tidak berdasar.

Sikap ini membantu menciptakan suasana yang harmonis dan penuh kasih sayang.

Sebuah hadir Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ أَحَدَكُمْ مِرْآةُ أَخِيهِ، فَإِنْ رَأَى بِهِ أَذًى فَلْيَمْحُهُ” (رواه البخاري)

“Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya salah seorang di antara kalian adalah cermin bagi saudaranya, jika ia melihat ada yang tidak baik padanya, maka hendaklah ia menghapusnya.'” (HR. Bukhari)

2. Menjaga Lisan:

Menjaga lisan dari berkata-kata yang tidak baik dan menghindari gosip merupakan langkah penting dalam mencegah buruk sangka.

Umat Islam diajarkan untuk berkata baik atau diam, sehingga terhindar dari membicarakan keburukan orang lain.

Dalam sebuah hadits nabi larangan berburuk sangka ini juga diperkuat oleh pesan Nabi Muhamad SAW. Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ” (رواه البخاري)

“Rasulullah SAW bersabda: ‘Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.'” (HR. Bukhari)

3. Menguatkan Ukhuwah Islamiyah:

Memperkuat ikatan persaudaraan sesama Muslim dengan saling membantu, mengasihi, dan menjaga hubungan baik. Dengan begitu, prasangka buruk dapat diminimalisir karena adanya rasa saling percaya dan hormat.

Allah SWT. Telah menegaskan didalam surah al-Majdah:2 :

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (سورة المائدة: 2)

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Surah Al-Maidah: 2)

4. Memperbanyak Doa:

Memohon kepada Allah SWT agar diberi hati yang bersih dan terhindar dari prasangka buruk terhadap orang lain. Doa merupakan senjata orang beriman yang dapat membantu menjaga hati tetap bersih.

Hal ini sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT didalam surah al-Hashr :10:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ (سورة الحشر: 10)

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: ‘Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.'” (Surah Al-Hashr: 10)

Kesimpulan

Dengan memahami pengertian, penyebab, bahaya, dan solusi dalam mengatasi buruk sangka, kita dapat menjaga hati dan lisan kita dari dosa serta menciptakan lingkungan yang lebih baik dan harmonis.

Ini merupakan langkah penting dalam meraih ridha Allah SWT dan memperkuat ukhuwah Islamiyah. [*]