Penyebab Kesombongan, Bahaya dan Cara Mengatasinya

Oleh: Munawir K

Dalam bahasa Arab, kata angkuh atau sombong diterjemahkan dengan istilah “kibr” (كبر).

Al-Kibr (الكبر) sendiri dalam bahasa Arab secara etimologis bermakna “merasa diri lebih besar” atau “lebih tinggi” dibandingkan orang lain.

Dalam konteks istilah, kibr mengacu pada sifat batin yang menjadikan seseorang merasa lebih unggul, lebih baik, atau lebih hebat dari orang lain, sehingga ia cenderung meremehkan dan merendahkan orang lain.

Sikap ini sangat dicela dalam Islam karena menimbulkan berbagai dampak negatif, baik secara individu maupun sosial.

Alkibr atau kesombongan adalah penyakit hati yang mengakar dalam perasaan superioritas dan egoisme.

Ulama Islam menjelaskan bahwa kibr adalah perasaan yang membuat seseorang merasa lebih tinggi dari orang lain dalam hal pengetahuan, kekayaan, keturunan, atau status sosial.

Hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan kesetaraan dan rendah hati.

Sikap sombong tidak hanya menunjukkan ketidakpedulian terhadap orang lain, tetapi juga merusak nilai-nilai kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi.

Kesombongan membuat seseorang buta terhadap kebajikan orang lain dan menciptakan jurang pemisah yang menghalangi

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
Surah Luqman (31:18)

“وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ”

“Dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”

Hal yang sama juga oleh Nabi kita
Rasulullah SAW bersabda:
“Hadits dari Abdullah bin Mas’ud (HR. Muslim)

“لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ”

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat biji zarrah dari kesombongan.”

Penyebab Angkuh/Sombong

1. Merasa Lebih Baik dari Orang Lain

Seseorang merasa lebih baik dalam aspek-aspek tertentu seperti kekayaan, kedudukan, ilmu, atau keturunan.

Allah SWT telah berfirman di dalam Surah Al-Hujurat (49:11)

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ”

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi mereka (yang direndahkan) lebih baik daripada mereka (yang merendahkan)…”

2. Kurangnya Kesadaran Akan Keterbatasan Diri

Tidak menyadari bahwa segala sesuatu adalah pemberian Allah dan merasa bahwa pencapaian adalah hasil dari usaha pribadi semata.

Allah SWT. Berfirman didalam Al-Qur’an:
Surah Al-Qashash (28:78)

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِي”

“Qarun berkata: Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.”

3. Pengaruh Lingkungan

Lingkungan yang mendukung dan memupuk kesombongan juga menjadi salah satu faktor penyebab.

Imam Ghazali mengatakan dalam Ihya Ulumuddin bahwa lingkungan yang tidak mendidik sifat tawadhu’ (rendah hati) dapat menjadikan seseorang sombong.

4. Ilmu Pengetahuan

Pengetahuan yang tidak diiringi dengan kebijaksanaan dan keimanan sering kali menjadi sumber kesombongan.

Seseorang yang merasa lebih pintar atau lebih berilmu cenderung merendahkan orang lain yang dianggap kurang berpengetahuan.

Imam Ghazali dalam “Ihya Ulumuddin” menyatakan bahwa ilmu yang tidak dibarengi dengan ketakwaan dapat menimbulkan kesombongan dan kehancuran.

5. Kekayaan dan Harta Benda

kekayaan materi yang berlimpah sering kali membuat seseorang merasa lebih superior dibandingkan orang lain yang kurang berada.

Ini mengarah pada sikap meremehkan dan memandang rendah mereka yang miskin.

Didalam Al-Qur’an:Surah Al-Hadid (57:23):

“لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ”

“Supaya kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

6. Status Sosial dan Keturunan

Status sosial atau keturunan yang tinggi dapat menjadi sumber kibr, di mana seseorang merasa lebih mulia dan terhormat daripada orang lain yang dianggap lebih rendah.

Di dalam Al-Qur’an:Surah Luqman (31:18):

“وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ”

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Ciri-Ciri Angkuh/Sombong

1. Merendahkan Orang Lain

Seseorang yang sombong
cenderung merendahkan dan memandang remeh orang lain.

Allah SWT. Telah berfirman dalam al-Quran didalam Surah Al-Hujurat (49:11):
“Janganlah sekumpulan orang merendahkan kumpulan yang lain…”

2. Sulit Menerima Nasihat

Orang yang sombong sering kali sulit menerima nasihat atau kritik dari orang lain.

Didalam Surah An-Nahl (16:23) Allah berfirman:

“إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ”

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.”

3. Menunjukkan Kelebihan dengan Berlebihan

Cenderung menonjolkan kelebihan dan keistimewaan diri secara berlebihan.

Rasulullah SAW telah bersabda:
“Barang siapa yang menjulurkan pakaiannya (melebihi mata kaki) karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bahaya dan Efek Negatif

Bahaya terhadap Individu

1. Terhalang dari Rahmat Allah

Didalam Al-Qur’an: Alllah SWT.berfirman pada Surah An-Nahl (16:23):

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.”

2. Sulit Mencapai Kebahagiaan

Orang sombong sering kali hidup dalam tekanan untuk mempertahankan citra diri yang tinggi, yang akhirnya menghambat kebahagiaan sejati.

3. Kehilangan Teman dan Dukungan Sosial

Sikap sombong menyebabkan orang lain menjauh sehingga individu tersebut kehilangan dukungan sosial.

Bahaya terhadap Sosial

1. Merusak Keharmonisan Masyarakat

Kesombongan memicu perpecahan, konflik, dan ketidakadilan dalam masyarakat.

2. Menghambat Kerjasama

Orang sombong sulit bekerja sama dengan orang lain, yang pada akhirnya menghambat kemajuan bersama.

Solusi Mengatasi Angkuh/Sombong

1. Meningkatkan Kesadaran Diri

Sadar akan kelemahan dan keterbatasan diri, serta mengakui bahwa segala sesuatu adalah pemberian Allah.

Didalam Al-Qur’an Surah Al-Hashr (59:18):
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ”

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok…”

2. Membiasakan Diri dengan Sifat Tawadhu’ (Rendah Hati)

Mencontoh sifat tawadhu’ Rasulullah SAW dan para sahabat.

Umar bin Khattab berkata: “Barang siapa yang tawadhu’ karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya.”

3. Berkumpul dengan Orang-Orang Saleh

Lingkungan yang baik dan teman-teman yang saleh dapat membantu menjauhkan dari sifat sombong.

Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan pentingnya berkumpul dengan orang-orang yang tawadhu’ untuk mengikis kesombongan.

4. Mengingat Akhirat

Mengingat kehidupan setelah mati dan hakikat manusia di hadapan Allah membantu menundukkan ego dan kesombongan.

Allah swt. Telah berfirman dlam Surah Al-Mu’minun (23:115):

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ”

“Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami

Contoh Teladan dari Kisah Islami

Kisah Nabi Musa dan Qarun

Qarun adalah salah satu orang yang sombong karena kekayaannya dan akhirnya Allah menenggelamkan dia dan hartanya ke dalam bumi sebagai hukuman atas kesombongannya.

Surah Al-Qashash (28:81)
“فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ”

“Maka Kami benamkan dia (Qarun) beserta rumahnya ke dalam bumi…”

Kesimpulan

Kesombongan adalah penyakit hati yang sangat berbahaya bagi individu maupun masyarakat.

Dengan memahami pengertian, penyebab, ciri-ciri, dan bahayanya, serta menerapkan solusi yang berdasarkan pada Al-Qur’an, hadits, dan pandangan ulama,

Kita dapat berusaha untuk menjauhkan diri dari sifat ini. Tawadhu’, atau rendah hati, adalah sikap yang harus senantiasa dijaga dan diteladani dari Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Dengan demikian, kita dapat hidup dalam keharmonisan dan memperoleh rahmat serta ridha Allah SWT. (*)