Ilustrasi Haji

Analisis Holistik dan Komprehensif Menelusuri Tanda-Tanda Haji Mabrur

Oleh: Munawir K

Kelompok terbang (Kloter) pertama jemaah haji Debarkasi Makassar tiba di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Minggu, 23 Juni 2024. Kedatangan mereka mengawali gelombang pertama fase pemulangan jemaah haji Debarkasi Makassar.

Kloter 01 berangkat dari Bandara Pangeran Muhammad Bin Abdul Aziz Madinah ,Sabtu, 22 Juni 2024 dan mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar pukul 16.41 WITA dengan menggunakan maskapai GIA nomor penerbangan 1201.

Semua kita berharap semoga jamah haji yang pulang ke tanah air untuk periode tahun ini menjadi haji mabrur yg akan mendapatkan berbagai keistimewaan baik secara fisik lahiriah maupun mental spiritual bahkan efek individu dan sosial.

Karena itu, tulisan kali ini khusus mengulas tentang Haji Mabrur dan indikator-indikatornya.

Makna Haji Mabrur

Secara etimologis, kata “mabrur” berasal dari kata Arab “بر” yang berarti “baik” atau “berkah”. Istilah “haji mabrur” merujuk pada haji yang diterima oleh Allah SWT dan membawa perubahan positif bagi pelakunya.

Haji mabrur adalah haji yang pelaksanaannya dilakukan dengan penuh keikhlasan, sesuai dengan tuntunan syariah, serta memberi dampak positif yang nyata dalam kehidupan seorang muslim.

Rasulullah SAW bersabda:
« الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ » (رواه البخاري ومسلم)
“Haji yang mabrur tidak ada balasan baginya selain surga” (HR. Bukhari dan Muslim).

Indikator Haji Mabrur

Berikut ini kita akan mencoba melihat bagaimana dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits Nabi memberikan penjelasan sekaligus tanda-tanda (indikator) dari haji Mabrur tersebut yang merupakan cita- cita tertinggi dan termulia yang ingin diraih oleh para jamah haji dari berbagai penjuru dunia.

1. Ketaatan dalam Ibadah

Allah SWT berfirman:
« وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ » (البقرة: 196)
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah” (QS. Al-Baqarah: 196).

Rasulullah SAW bersabda:
« مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ » (رواه البخاري ومسلم)
“Barangsiapa yang berhaji karena Allah, kemudian ia tidak melakukan rafats (perkataan kotor) dan tidak berbuat kefasikan, maka ia akan kembali seperti pada hari ketika ia dilahirkan oleh ibunya” (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Perubahan Akhlak

Salah satu tujuan utama haji adalah untuk memperbaiki akhlak. Rasulullah SAW bersabda:
« إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ » (رواه أحمد)
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad).

3. Kepekaan Sosial dan Kepedulian terhadap Sesama

Allah SWT berfirman:
« وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا » (الإنسان: 8)
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan” (QS. Al-Insan: 8).

Sahabat Abdullah bin Umar RA berkata:
« أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ » (رواه الطبراني)
“Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya” (HR. Thabrani).

4.Menjaga Silaturahmi

Allah SWT berfirman:
« وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ » (النساء: 1)
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim” (QS. An-Nisa: 1).

Rasulullah SAW bersabda:
« مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ » (رواه البخاري ومسلم)
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim” (HR. Bukhari dan Muslim).

5.Keikhlasan dalam Beramal

Allah SWT berfirman:
« إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا » (الإنسان: 9)
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih” (QS. Al-Insan: 9).

Rasulullah SAW bersabda:
« إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ » (رواه البخاري ومسلم)
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya” (HR. Bukhari dan Muslim).

6.Menghindari Perbuatan Maksiat

Allah SWT berfirman:
« فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ » (البقرة: 197)
“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (berkata kotor), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji” (QS. Al-Baqarah: 197).

Sahabat Abdullah bin Mas’ud RA berkata:
« من أفضل الأعمال عند الله تعالى: الصلاة في وقتها، وبر الوالدين، والجهاد في سبيل الله، والحج المبرور » (رواه البخاري ومسلم)
“Di antara amalan yang paling dicintai Allah adalah: shalat tepat pada waktunya, berbakti kepada orang tua, berjihad di jalan Allah, dan haji yang mabrur” (HR. Bukhari dan Muslim).

Haji Mabrur Dalam Analisis Holistik

Kajian tentang Haji mabrur ini dapat dilihat dari beberapa perspektif ( tinjauan):

1. Perspektif Individu:

Dari sisi individu, haji mabrur adalah sebuah perjalanan spiritual yang mendalam. Ini adalah momen introspeksi diri, di mana seorang muslim merenungkan kehidupannya, dosa-dosanya, dan bertekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

2. Perspektif Sosial:

Secara sosial, haji mabrur seharusnya membawa dampak positif bagi lingkungan sekitar. Orang yang mabrur akan lebih peduli terhadap sesama, memperbaiki hubungan sosial, dan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

3. Perspektif Spiritual:

Dari perspektif spiritual, haji mabrur adalah pencapaian tertinggi dalam ibadah yang membawa kedekatan yang lebih intim dengan Allah SWT. Keikhlasan dan ketulusan dalam beribadah menjadi kunci utama diterimanya haji tersebut.

4. Perspektif Praktis:

Secara praktis, haji mabrur tercermin dalam perilaku sehari-hari. Haji yang mabrur akan menghindari perbuatan maksiat, menjaga keikhlasan dalam setiap amal, dan selalu berusaha meningkatkan kualitas ibadahnya.

Kesimpulan

Haji mabrur adalah sebuah perjalanan spiritual yang tidak hanya sekedar ritual, tetapi juga sebuah transformasi mendalam yang mencakup aspek spiritual, moral, dan sosial.

Indikator-indikator haji mabrur mencakup peningkatan ketaatan dalam ibadah, perubahan akhlak, kepekaan sosial, menjaga silaturahmi, keikhlasan dalam beramal, dan menjauhi perbuatan maksiat.

Dengan demikian, haji mabrur membawa perubahan positif yang nyata bagi diri seorang muslim dan lingkungan sekitarnya, menjadikannya seorang hamba yang lebih dekat kepada Allah dan lebih bermanfaat bagi sesama manusia. (*)